In Memoriam Prof. dr. Ngoerah

Mengenang kembali sosok Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, tidak terlepas dari pribadi beliau yang begitu sederhana. Selain seorang tokoh dokter pejuang, beliau juga dikenal sebagai pendidik, cendekiawan, abdi masyarakat dan juga orangtua yang sukses mendidik delapan putera-puteri. Kedekatan beliau dengan keluarga begitu hangat, sehingga kenangan-kenangan selama hidupnya tidak akan pernah terlupakan.

Tujuh tahun sudah beliau pergi menghadap-Nya. Tepat tanggal 18 September pukul 12.30 Wita pada tahun 2001. Beliau wafat dengan tenang. Dengan setia pula sang istri, I Goesti Ayu Oka Arwati mendampingi penuh cinta selama 48 tahun.

Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah yang lahir tanggal 31 Maret 1922 merupakan seorang tokoh. Ketokohan beliau secara lengkap ditulis dalam buku “Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Sebuah Biografi Pendidikan” yang disusun Tim Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Seorang tokoh menurut Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah seorang yang pada masa hidupnya, karena terdorong oleh rasa cinta tanah air sangat berjasa dalam memimpin suatu kegiatan yang teratur guna menentang penjajahan di Indonesia, melawan musuh atau sangat berjasa dalam lapangan politik, sosial-ekonomi, kebudayaan maupun dalam lapangan ilmu pengetahuan yang erat hubungannya dengan perjuangan kemerdekaan dan perkembangan masyarakat Indonesia.

Prof. Ngoerah, begitu beliau akrab disapa. Sebagai seorang pejuang, beliau merupakan anggota Pejuang Prapatan 10 Jakarta yaitu kelompok mahasiswa pejuang yang bermarkas di Jalan Prapatan 10 Jakarta (hal. 397). Pada zaman perjuangan, beliau juga seorang dokter bedah unit Palang Merah di Jakarta dan Purwakarta (Jawa Barat).

Ketokohan Prof Ngoerah dalam bidang pengabdian masyarakat, dimulai pada 1953 setelah beliau mulai bertugas di Bali sebagai dokter Dinas Kesehatan Wilayah Badung dan Distrik Marga (1953-1959).

Pengabdian di bidang penyakit jiwa dan saraf sekaligus sebagai kepala bagian Neorologi RSU dilakukannya di Rumah Sakit Umum Wangaya (1959-1988). Pada 1 Maret 1959 beliau diangkat sebagai Kepala Rumah Sakit RSU Wangaya Denpasar (1959-1968).

Selain tugas tersebut, beliau juga membantu pelayanan di rumah sakit Sanglah. Selama RSUP Sanglah hanya memiliki satu – dua orang dokter (antara lain dr. Angsar, dr Sukarjo), beliau selalu membantu proses kelahiran baik operasi maupun kelahiran normal.

Demikian pula saat RSUP Sanglah mengalami kehilangan pimpinan saat G 30 S 1965. Meskipun tidak pernah menjabat sebagai kepala rumah sakit Sanglah, namun jasanya untuk RSUP sangat besar.

Hal ini menjadi kenangan bagi para perawat dan bidan senior maupun yang sudah pensiun dari RSUP Sanglah seperti bidan Rai Murni, bidan Siti, bidan Sagung Mas, bidan Oka Daryati dan banyak lagi lainnya. Selain memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, Prof. Ngoerah juga sebagai pengajar bagi pendidikan bidan. Prof Ngoerah juga menciptakan alat penyembuhan bagi pasien penyakit jiwa dan saraf yang kini tersimpan di Museum Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.

Pengabdian beliau pada pengembangan kedokteran di Bali tidak diragukan lagi. Selain itu, karena kepribadian dan keahliannya, beliau juga merupakan dokter kepresidenan di saat Presiden Soekarno berada di Bali. Meskipun menjadi dokter kepresidenan, namun bila ada masyarakat kurang mampu berobat selalu diterima dengan tangan terbuka.

Sebagai pendidik dan cendikiawan, pengabdiannya pada Universitas Udayana dimulai tahun 1961. Beliau menduduki jabatan sebagai wakil ketua Badan Perguruan Tinggi untuk pendirian Universitas Udayana. Pada tahun 1963 menjadi dosen luar biasa dalam mata kuliah Penyakit Jiwa dan Saraf, dan 1965 diangkat menjadi dosen tetap. Gelar professor Fakultas Kedokteran Universitas Udayana disandang tahun 1967 (guru besar pertama yang dikukuhkan di Unud).

Pada saat pelantikannya (2 Mei 1967) untuk pertama kalinya Hymne Universitas Udayana dinyanyikan. Beliau merupakan Profesor Emeritus setelah pensiun pada tahun 1987. Kecintaan pada pendidikan mengantarnya untuk menulis buku “Dasar-Dasar Penyakit Syaraf” yang dipakai di Fakultas Kedokteran pada universitas-universitas terkenal di Indonesia.

Beliau juga sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (1965-1968) dan selama dua periode juga menjabat sebagai Rektor Universitas Udayana (1968-1977). Juga pernah menjabat sebagai anggota MPRS Republik Indonesia (1968).

Banyak lagi jasa-jasa beliau yang lebih lengkap tercatat dalam buku Men of Achievement, England, 1982 dan buku Who’s Who in the World, USA, 1988 (hal. 829). Dalam masa tugas keprofesiannya, beliau tercatat sebagai anggota PNPNch, IDASI, PERDOSSI, WFN dan IDI.

Tanda penghargaan yang diterima berupa Satya Lencana Karya Satya 1976 (Jakarta), Alma Nugraha UNUD 1987 (Denpasar), Adi Karya Satya PERDOSI 1996 (Palembang).

Di sela kesibukan, lingkungan keluarga Puri Gerenceng membentuk beliau menjadi seorang seniman lukis aliran Denpasar dan pengukir. Kecintaan pada dunia seni mengantarkan beliau memimpin penelitian tentang arsitektur dalam buku “Arsitektur Tradisional Bali” (1981). *rya/asp2413

source : http://www.bisnisbali.com/2007/09/20/news/potensi/kl.html

Sertifikat Tatanan Era Baru
Yes, we have it

355

CHSE Sertified : CHSE0004856/2020
IDOCARE : IL.04.02/4242/M-K/2020

355

Find us

Jalan Jendral Sudirman
No 14 A Denpasar 80113
Bali Indonesia

PHONE:
62 361 245312 | 228973 | 228959
FACSIMILE
62 361 228851
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Who's Online

We have 6 guests and no members online

  Instagram   
Jalan Jendral Sudirman No 14 A Denpasar 80113 Bali Indonesia
Phone : +62361 245312, 228973, 228959 |  F a x : +62361 228851 | E m a i l : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Go to top